Jumat, 24 Juni 2011
Ragam Model Pembelajaran Terpadu
Menurut Fogarty dalam
bukunya How to Integrate the Curricula, ada 10 macam model
pembelajaran terpadu, seperti : fragmented (penggalan), connected
(keterhubungan),nested (sarang), sequenced (pengurutan), shared (irisan), webbed (jaring
laba-laba),threaded (bergalur), integrated (terpadu), immersed (terbenam),
dan networked (jaringan kerja). Model-model tersebut dapat diuraikan secara
ringkas sebagai berikut:
1. Fragmented (Penggalan)
Model Fragmented adalah
model pembelajaran konvensional yang terpisah secara mata pelajaran. Hal ini
dipelajari siswa tanpa menghubungkan kebermaknaan dan keterkaitan antara satu
pelajaran dengan pelajaran lainnya. Setiap mata pelajaran diajarkan oleh guru
yang berbeda dan mungkin pula ruang yang berbeda. Setiap mata pelajaran
memiliki ranahnya tersendiri dan tidak ada usaha untuk mempersatukannya. Setiap
mata pelajaran berlangsung terpisah dengan pengorganisasian dan cara mengajar
yang berbeda dari setiap guru.
Kelemahan
model ini adalah siswa tidak dapat mengintegrasikan konsep-konsep yang sama,
keterampilan serta sikap yang ada kaitannya satu dengan yang lainnya.
Keunggulan model ini
adalah guru dapat menyiapkan bahan ajar sesuai dengan bidang keahliannya dan
dengan mudah menentukan ruang lingkup bahasan yang diprioritaskan dalam setiap
pengajaran.
2.
Connected (Keterhubungan)
Model Connected adalah
model pembelajaran terpadu yang secara sengaja diusahakan untuk menghubungkan
satu konsep dengan konsep yang lain, satu topik dengan topik yang lain, satu
keterampilan dengan keteramilan yag lain, tugas yang dilakukan dalam satu hari
dengan tugas yang dilakukan pada hari berikutnya, bahkna ide-ide yang
dipelajari pada satu semester berikutnya dalam satu bidang studi.
Keunggulan model ini adalah siswa
dapat memperoleh gambaran yang lebih jelas dan luas dari konsep yang dijelaskan
dan juga siswa diberi kesempatan untuk melakukan pedalaman, tinjauan,
memperbaiki dan mengasimilasi gagasan secara bertahap.
Kelemahan model ini adalah guru bidang
studi mungkin kurang terdorong untuk menghubungkan konsep yang terkait karena
sukarnya mengatur waktu untuk merundingkannya atau karena terfokus pada
keterkaitan konsep, maka pembelajaran secara global jadi terabaikan.
3. Nested (Sarang)
Model Nested adalah
model pembelajaran terpadu yang target utamanya adalah materi pelajaran yang
dikaitkan dengan keterampilan berfikir dan keterampilan mengorganisasi. Artinya memadukan aspek kognitif, afektif dan
psikomotorik serta memadukan keterampilan proses, sikap dan komunikasi. Model
ini masih memfokuskan keterpaduan beberapa aspek pada satu mata pelajaran saja.
Tetapi materi pelajaran masih ditempatkan pada prioritas utama yang kemudian
dilengkapi dengan aspek keterampilan lain. Model ini dapat digunakan bila guru
mempunyai tujuan selain menanamkan konsep suatu materi tetapi juga aspek
keterampilan lainnya menjadi suatu kesatuan. Dengan menggabungkan atau
merangkaikan kemampuan-kemampuan tertentu pada ketiga cakupan tersebut akan
lebih mudah mengintegrasikan konsep-konsep dan sikap melalui aktivitas yang
telah terstruktur.
Keunggulan model
ini adalah kemampuan siswa lebih diperkaya lagi karena selain memperdalam
materi juga aspek keterampilan seperti berfikir dan mengorganisasi. Setiap mata
pelajaran mempunyai dimensi ganda yang berguna kelak untuk kehidupan siswa
mendatang.
Kelemahan model
ini adalah dalam hal perencanaan, jika dilakukan secara tergesa-gesa dan kurang
cermat maka penggabungan beberapa materi dan aspek keterampilan dapat
mengacaukan pola pikir siswa. Pada mulanya tujuan utama pengajaran adalah
penekanan pada materi, tetapi akhirnya bergeser prioritasnya pada keterampilan.
4. Sequenced (Pengurutan)
Model Sequenced adalah
model pembelajaran yang topik atau unit yang disusun kembali dan diurutkan
sehingga bertepatan pembahasannya satu dengan yang lainnya. Misalnya dua mata
pelajaran yang berhubungan diurutkan sehingga materi pelajaran dari keduanya
dapat diajarkan secara paralel. Dengan mengurutkan urutan topik-topik yang
diajarkan, tiap kegiatan akan dapat saling mengutamakan karena tiap subjek
saling mendukung.
Keunggulan model
ini adalah dalam penyusunan urutan topik, guru memiliki keleluasaan untuk
menentukan sendiri berdasarkan prioritas dan tidak dibatasi oleh apa yang sudah
tercantum dalam kurikulum. Sedangkan dari sudut pandang siswa, pengurutan topic
yang berhubungan dari disiplin yang berbeda akan membantu mereka untuk memahami
isi dari mata pelajaran tersebut.
Kelemahan model
ini adalah perlu adanya kerjasama antara guru-guru bidang studi agar dapat
mengurutkan materi, sehingga ada kesesuaian antara konsep yang ssatu dengan
konsep yang lainnya.
5. Shared (Irisan)
Model shared adalah
model pembelajaran terpadu yang merupakan gabungan atau keterpaduan antara dua
mata pelajaran yang saling melengkapi dan di dalam perencanaan atau
pengajarannya menciptakan satu fokus pada konsep, keterampilan serta sikap.
Penggabungan antara konsep pelajaran, keterampilan dan sikap yang saling
berhubungan satu dengan yang lainnya dipayungi dalam satu tema. Model ini berbeda dengan model sarang, dimana tema
memayungi dua mata pelajaran, aspek konsep, keterampilan dan sikap menjadi
kesatuan yang utuh. Sedangkan pada model sarang, sebuah tema hanya memayungi
satu pelajaran saja.
Keunggulan model ini adalah dalam
hal mentransfer konsep secara lebih dalam, siswa menjadi lebih mudah
melakukannya. Misalnya dengan alat bantu media film untuk menanamkan konsep
dari dua mata pelajaran dalam waktu yang bersamaan.
Kelemahan model ini adalah untuk
menyususn rencana model pembelajaran ini diperlukan kerjasama guru dari mata
pelajaran yang berbeda, sehingga perlu waktu ekstra untuk mendiskusikannya.
6. Webbed (Jaring
Laba-laba)
Model webbed adalah
model pembelajaran terpadu yang menggunakan pendekatan tematik. Pendekatan ini
pengembangannya dimulai dengan menentukan tema tertentu. Setelah tema
disepakati, maka dikembangkan menjadi subtema dengan memperlihatkan keterkaitan
dengan bidang studi lain. setelah itu dikembangkan berbagai aktivitas
pembelajatran yang mendukung.
Keunggulan model ini adalah
faktor motivasi berkembang karena adanya pemilihan tema yang didasarkan pada
minat siswa. Mereka dapat dengan mudah melihat bagaimana kegiatan yang berbeda
dan ide yang berbeda dapat saling berhubungan, kemudahan untuk lintas semester
dalam KTSP sangat mendukung untuk dapat dilaksanakannya model pembelajaran ini.
Kelemahan model ini adalah
kecenderungan untuk mengambil tema sangat dangkal sehingga kurang bermanfaat
bagi siswa. Selain itu seringkali guru terfokus pada kegiatan sehingga materi
atau konsep menjadi terabaikan. Perlu ada keseimbangan antara kegiatan dan
pengembangan materi pelajaran.
7. Threaded (Bergalur)
Model Threaded adalah
model pembelajaran yang memfokuskan pada metakurikulum yang menggantikan atau
yang berpotongan dengan inti subyek materi. Misalnya untuk melatih keterampilan
berfikir (problem solving) dari beberapa mata pelajaran dicari bagian
materi yang merupakan bagian dari problem solving. Seperti komponen
memprediksi, meramalkan kejadian yang sedang berlangsung, mengantisipasi sebuah
bacaan, hipotesis laboratorium dan sebagainya. Keterampilan-keterampilan ini
merupakan dasar yang saling berkaitan. Keterampilan yang digunakan dalam model
ini disesuaikan pula dengan perkembangan usia siswa sehingga tidak tumpan
tindih.
Keunggulan model ini adalah
konsep berputar sekitar metakurikulum yang menekankan pada perilaku
metakognitif. Model ini membuat siswa dapat belajar bagaimana seharusnya
belajar di masa yang akan datang sesuai dengan laju perkembangan era
globalisasi. Nilai lebih dari model ini adalah materi untuk tiap mata pelajaran
tetap murni sehingga siswa yang mempunyai tingkat pemikiran superor dapat
memiliki kekuatan transfer pada keterampilan hidup.
Kelemahan model ini adalah
hubungan isi antar materi pelajaran tidak terlalu ditunjukkan secara eksplisit
sehingga siswa kurang dapat memahami keterkaitan konten antara mata pelajaran
satu dengan yang lainnya. Guru perlu memahami keterampilan dan strategi yang
digunakan siswa agar dapat mengembangkan dirinya.
8. Integrated (Keterpaduan)
Model integrated adalah model
pembelajaran terpadu yang menggunakan pendekatan antar bidang studi. Model ini
diusahakan dengan cara menggabungkan bidang studi dengan cara menetapkan
prioritas kurikuler dan menemukan keterampilan, konsep dan sikap yang saling
tumpang tindih di dalam beberapa mata pelajaran. Untuk membuat tema, guru harus
menyeleksi terlebih ahulu konsep dari beberapa mata pelajaran, selanjutnya
dikaitkan dalam satu tema untuk memayungi beberapa mata pelajaran, dalam satu
paket pembelajaran bertema.
Keunggulan model ini adalah siswa
merasa senang dengan adanya keterkaitan dan hubungan timbal balik antar
berbagai disiplin ilmu, memperluas wawasan dan apresiasi guru, jika dapat diterapkan
dengan baik maka dapat dijadikan model pembelajaran yang ideal di lingkungan
sekolah “integrated day”
Kelemahan model ini adalah sulit
mencari keterkaitan antara mata pelajaran yang satu dengan yang lainnya, juga
mencari keterkaitan aspek keterampilan yang terkait. Dibutuhkan banyak waktu
pada beberapa mata pelajaran untuk didiskusikan guna mencari keterkaitan dan
mencari tema.
9. Immersed (Terbenam)
Model immersed adalah
model pembelajaran yang melibatkan beberapa mata pelajaran dalam satu proyek.
Misalnya seorang mahasiswa yang memperdalam ilmu kedokteran maka selain
Biologi, Kimia, Komputer, juga harus mempelajari fisika dan setiap mata
pelajaran tersebut ada kesatuannya. Model ini dapat pula diterapkan pada siswa
SD, SMP, maupun SMA dalam bentuk proyek di akhir semester.
Keunggulan model ini adalah
setiap siswa mempunyai ketertarikan mata pelajaran yang berbeda maka secara
tidak langsung siswa yang lain akan belajar dari siswa lainnya. Mereka terpacu
untuk dapat menghubungkan mata pelajaran yang satu dengan yang lainnya. Mata
pelajaran menjadi lebih terfokus dan siswa akan selalu mencari tahu apa yang
menjadi pertanyaan baginya, sehingga pengalamannya menjadi lebih luas. Model
ini melatih kreatifitas berfikir siswa secara bertahap dari jenjang SD hingga
SMA. Bagi siswa kelas 4 SD model ini dapat dilaksanakan pada hari HUT RI.
Misalnya merancang sebuah pesawat terbang yang seimbang lalu dipamerkan.
Kelemahan model ini adalah siswa
yang tidak senang membaca akan mendapat kesulitan utnuk mengerjakan proyek ini,
sehingga siswa menjadi kehilangan minat belajar. Guru perlu waktu untuk
mengorganisir semua kegiatan proyek yang dilaksanakan oleh siswa yang tersususn
secara baik dan terencana sebelumnya.
10. Networked (Jaringan
Kerja)
Model networked adalah
model pembelajaran berupa kerjasama antara siswa dengan seorang ahli dalam
mencari data, keterangan, atau lainnya sehubungan dengan mata pelajaran yang
disukainya atau yang diminatinya sehingga siswa secara tidak langsung mencari
tahu dari berbagai sumber. Sumber dapat berupa buku bacaan, internet, saluran
radio, TV, atau teman, kakak, orangtua atau guru yang dianggap ahli olehnya.
Siswa memperluas wawasan belajarnya sendiri artinya siswa termotivasi belajar
karena rasa ingin tahunya yang besar dalam dirinya.
Keunggulan model ini adalah siswa
memperluas wawasan pengetahuan pada satu atau dua mata pelajaran secara
mendalam dan sempit sararannya. Hal ini umumnya muncul secara tidak sengaja
selama proses pembelajaran di kelas sedang berlangsung.
Kelemahan model ini adalah
kemungkinan motivasi siswa akan berubah sehingga kedalaman materi pelajaran
menjadi dangkal secara tidak sengaja karena mendapat hambatan dalam mencari
sumber.
Menyusun Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL)
Share300 Friday Wage, 7 March 2008 — Pendidikan
Pengertian
Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan proses pembelajaran yang holistik dan bertujuan membantu siswa untuk memahami makna materi ajar dengan mengaitkannya terhadap konteks kehidupan mereka sehari-hari (konteks pribadi, sosial dan kultural), sehingga siswa memiliki pengetahuan/ ketrampilan yang dinamis dan fleksibel untuk mengkonstruksi sendiri secara aktif pemahamannya.CTL disebut pendekatan kontektual karena konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota masyarakat.
Rasional
Dalam Contextual teaching and learning (CTL) diperlukan sebuah pendekatan yang lebih memberdayakan siswa dengan harapan siswa mampu mengkonstruksikan pengetahuan dalam benak mereka, bukan menghafalkan fakta. Disamping itu siswa belajar melalui mengalami bukan menghafal, mengingat pengetahuan bukan sebuah perangkat fakta dan konsep yang siap diterima akan tetapi sesuatu yang harus dikonstruksi oleh siswa. Dengan rasional tersebut pengetahuan selalu berubah sesuai dengan perkembangan jaman.Pemikiran Tentang Belajar
Proses belajar anak dalam belajar dari mengalami sendiri, mengkonstruksi pengetahuan, kemudian memberi makna pada pengetahuan itu. Transfer belajar; anak harus tahu makna belajar dan menggunakan pengetahuan serta ketrampilan yang diperolehnya untuk memecahkan masalah dalam kehidupannya. Siswa sebagai pembelajar; tugas guru mengatur strategi belajar dan membantu menghubungkan pengetahuan lama dengan pengetahuan baru, kemudian memfasilitasi kegiatan belajar. Pentingnya lingkungan belajar; siswa bekerja dan belajar secara di panggung guru mengarahkan dari dekat.Hakekat
Komponen pembelajaran yang efektif meliputi:Konstruktivisme, konsep ini yang menuntut siswa untuk menyusun dan membangun makna atas pengalaman baru yang didasarkan pada pengetahuan tertentu. Pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas dan tidak secara tiba-tiba. Strategi pemerolehan pengetahuan lebih diutamakan dibandingkan dengan seberapa banyak siswa mendapatkan dari atau mengingat pengetahuan.
Tanya jawab, dalam konsep ini kegiatan tanya jawab yang dilakukan baik oleh guru maupun oleh siswa. Pertanyaan guru digunakan untuk memberikan kesempatan kepada siswa untuk berpikir secara kritis dan mengevaluasi cara berpikir siswa, seangkan pertanyaan siswa merupakan wujud keingintahuan. Tanya jawab dapat diterapkan antara siswa dengan siswa, guru dengan siswa, siswa dengan guru, atau siswa dengan orang lain yang didatangkan ke kelas.
Inkuiri, merupakan siklus proses dalam membangun pengetahuan/ konsep yang bermula dari melakukan observasi, bertanya, investigasi, analisis, kemudian membangun teori atau konsep. Siklus inkuiri meliputi; observasi, tanya jawab, hipoteis, pengumpulan data, analisis data, kemudian disimpulkan.
Komunitas belajar, adalah kelompok belajar atau komunitas yang berfungsi sebagai wadah komunikasi untuk berbagi pengalaman dan gagasan. Prakteknya dapat berwujud dalam; pembentukan kelompok kecil atau kelompok besar serta mendatangkan ahli ke kelas, bekerja dengan kelas sederajat, bekerja dengan kelas di atasnya, beekrja dengan masyarakat.
Pemodelan, dalam konsep ini kegiatan mendemontrasikan suatu kinerja agar siswa dapat mencontoh, belajr atau melakukan sesuatu sesuai dengan model yang diberikan. Guru memberi model tentang how to learn (cara belajar) dan guru bukan satu-satunya model dapat diambil dari siswa berprestasi atau melalui media cetak dan elektronik.
Refleksi, yaitu melihat kembali atau merespon suatu kejadian, kegiatan dan pengalaman yang bertujuan untuk mengidentifikasi hal yang sudah diketahui, dan hal yang belum diketahui agar dapat dilakukan suatu tindakan penyempurnaan. Adapun realisasinya adalah; pertanyaan langsung tentang apa-apa yang diperolehnya hari itu, catatan dan jurnal di buku siswa, kesan dan saran siswa mengenai pembelajaran pada hari itu, diskusi dan hasil karya.
Penilaian otentik, prosedur penilaian yang menunjukkan kemampuan (pengetahuan, ketrampilan sikap) siswa secara nyata. Penekanan penilaian otentik adalah pada; pembelajaran seharusnya membantu siswa agar mampu mempelajari sesuatu, bukan pada diperolehnya informasi di akhr periode, kemajuan belajar dinilai tidak hanya hasil tetapi lebih pada prosesnya dengan berbagai cara, menilai pengetahuan dan ketrampilan yang diperoleh siswa.